Deadweight Loss

Untuk lebih memahi materi tentang Deadweight Loss, dianjurkan membaca terlebih dahulu materi tentang surplus ekonomi ya gaes! silahkan cek materi tentang surplus ekonomi di sini… hehe selamat belajar!

Pengertian

  • Deadweight Loss adalah pengurangan surplus konsumen (Consumer Surplus) dan Surplus produsen yang terjadi apabila output suatu produk dibatasi sehingga lebih rendah dari tingkat efisiensi optimum.
  • Deadweight Loss adalah hilangnya efisiensi ekonomi bagi konsumen/ produsen karena efisiensi alokasi sumber daya tidak tercapai.
  • DWL tercipta karena inefisiensi pasar.
  • DWL terjadi ketika penawaran dan permintaan tidak berada di titik ekuilibrium.

Jika suatu pajak dikenakan kepada produsen untuk setiap unit barang yang ia jual, maka keseimbangan harga akan berubah lebih tinggi. Kemudian sebagian dari beban tersebut akan diteruskan ke konsumen.

Jika konsumen merasa bahwa harga suatu barang tidak sesuai/ lebih tinggi dari manfaat yang dirasakan, maka mereka cenderung tidak membeli barang tersebut. Dengan berkurangnya tingkat perdagangan, alokasi sumber daya menjadi tidak efisien, dimana dapat menyebabkan berkurangnya kesejahteraan secara keseluruhan dalam suatu masyarakat.

Penyebab-Penyebab Deadweight Loss

Harga Dasar (Floor Price)

  • Harga dasar adalah tingkat harga minimum yang diberlakukan.

Misal, bila pemerintah menetapkan harga dasar gabah Rp 700 per kilogram, maka pembeli harus membeli gabah dari petani dengan harga serendah-rendahnya Rp 700 per kilogram.

Contoh lain, bila pemerintah menetapkan upah minimum tenaga kerja Rp 15.000 per hari, maka majikan harus membayar tenaga kerja paling tidak Rp 15.000 per hari

  • Jika harga dasar berada diatas titik equilibrium, maka akan mempengaruhi permintaan dan penawaran.
  • Upah Minimum dapat menyebabkan majikan untuk memberi upah lebih tinggi kepada pekerja.

Hal tersebut menyebabkan perusahaan lebih ketat lagi dalam memilih pekerja, sehingga akan mencegah pekerja yang mempunyai keahlian rendah untuk mendapatkan pekerjaan.

dwl-harga-dasar.jpg

  • Grafik diatas merupakan contoh penerapan harga dasar pada pasar gabah di karawang.
  • Harga dasar diatas titik keseimbangan akan menyebabkan penawaran naik. Pada grafik diatas penawaran naik menjadi 700.000 ton.
  • Sedangkan permintaan turun menjadi 200.000 ton.
  • Segitiga A dan B merupakan DWL.
  • Surplus konsumen yang hilang adalah sebesar luas segitiga A.
  • Surplus Produsen yang hilang adalah sebesar luas segitiga B.
dwl-upah-minimum
Contoh Penerapan Floor Price pada Upah Minimum Provinsi
  • Pada kurva diatas keseimbangan pasar tenaga kerja terjadi pada harga Rp 2.500/hari, dengan kesempatan kerja sebesar 5.000 pekerja/ bulan.
  • Saat pemerintah menetapkan upah minimum diatas harga keseimbangan dalam pasar, maka permintaan terhadap tenaga kerja menurun, namun penawaran tenaga kerja naik.
  • Perusahaan lebih ketat lagi dalam memilih pekerja, bahkan mengurangi pekerjanya karena gaji yang lebih tinggi.
  • Dilain pihak, orang tertarik dengan gaji yang lebih tinggi, sehingga menyebabkan penawaran tenaga kerja naik.
  • Hal ini menyebabkan pengangguran sebesar 5000 orang/bulan (7000-2000).
  • DWL adalah sebesar segitiga A dan B.

Harga Tertinggi (Ceilling Price)

  • Harga tertinggi (ceiling price) adalah batas maksimum harga penjualan oleh produsen.
  • Tujuan penetapan harga tertinggi adalah agar harga produk dapat terjangkau oleh konsumen yang daya belinya kurang.
  • Harga tertinggi yang berada dibawah harga keseimbangan dapat menyebabkan DWL.
  • Perusahaan yang telah ditetapkan harga produk per unit dibawah harga biasanya akan mengecilkan produksinya atau mengurangi pasokan barang dibawah yang benar-benar diminta oleh konsumen.

Hal tersebut menyebabkan konsumen mengalami kekurangan kebutuhannya dan produsen memperoleh pendapatan yang lebih rendah dari biasanya.

harga-tertinggi-ceiling-price
Contoh Penerapan Ceilling Price pada produk Mie Instan
  • Pada grafik diatas, keseimbangan terjadi pada tingkat harga mie instan Rp 1.000 per bungkus, dengan jumlah 15 juta bungkus per bulan.
  • Pada harga tertinggi Rp 750 per bungkus, penawaran turun menjadi 10 juta, sedangkan permintaan naik menjadi 16,25 juta.
  • Hal tersebut menyebabkan kelebihan permintaan sebesar 6,25 juta (16,25 juta – 10 juta) bungkus perbulan.
  • DWL atau surplus ekonomi yang hilang adalah sebesar luas segitiga A dan B.

Kuota

  • Kuota atau pembatasan produksi adalah kebijakan yang dilakukan pemerintah untuk membatasi jumlah produksi barang atau jasa yang dijual di pasar.
  • Kuota bertujuan untuk mempengaruhi dan menjaga tingkat harga.

kuota-produksi

  • Tanpa campur tangan pemerintah, keseimbangan pasar jagung pada kurva diatas terjadi di titik E1 dengan Jumlah jagung sebsar Qo dan harga sebesar Po.
  • Jika pemerintah ingin menjaga agar harga jagung minimal P1, maka jumlah produksi harus dibatasi sebesar Q1 saja.
  • Kurva penawaran menjadi S1, dan harga naik menjadi P1.
  • Hal tersebut menyebabkan kehilangan surplus konsumen sebesar A+B.
  • Produsen kehilangan Surplus sebesar C namun mendapatkan tambahan surplus seluas A.
  • DWL adalah luas segitiga B dan C.

Nb: agar produsen jagung mau mengurangi produksinya sampai tingkat Q1, maka insentif finansial yang harus diberikan setidak-tidaknya seluas B+C+F.

Pajak

  • Pajak digunakan sebagai alat stabilisasi ekonomi.
  • Pajak dapat menyebabkan DWL karena ia dapat mencegah orang untuk melakukan pembelian yang seharusnya mereka lakukan.
  • Harga akhir produk menjadi lebih mahal karena dikenai pajak, sehingga dapat menyebabkan orang enggan membeli.
  • Jika pajak suatu barang naik, beban pajak tersebut akan dibagi kepada produsen dan konsumen.
  • Produsen memperoleh keuntungan lebih sedikit dari barang tersebut karena pajak, sedangkan konsumen harus membayar harga lebih tinggi.

Hal tersebut menyebabkan konsumsi barang lebih rendah dari sebelumnya.

pajak

  • Pada kurva diatas, pengenaan pajak kepada produsen menyebabkan kurva penawaran bergeser ke kiri. (So ke S1)
  • Harga keseimbangan menjadi P1, dan jumlah keseimbangan menjadi Q1.
  • Hal ini menyebabkan konsumen kehilangan surlplus sebesar A+B.
  • Produsen kehilangan surplus sebesar F+C.
  • Pemerintah memperoleh pendapatan sebesar A+F. ( 0Q1*(P1-P2) )
  • DWL adalah segitiga B+C.

deadwightloss

  • Kotak yang berwarna abu-abu tersebut adalah besarnya penerimaan pajak.
  • DWL adalah area segitiga yang terbuat dari kotak abu-abu penerimaan pajak, kurva penawaran awal, dan kurva permintaan.
  • Segitiga tersebut juga dikenal dengan sebutan Segitiga Harberger (Harberger’s Triangle).

Sumber referensi :
Prathama Rahardja dan Mandala Manurung. 2008. Pengantar Ilmu Ekonomi ( Mikro Ekonomi & Makro Ekonomi ) edisi Ketiga. Jakarta: Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.
Investopedia.com
ok-review.com
en.wikipedia.org